
IMPLEMENTASI BANDUNG MASAGI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA DI SMP 21 BANDUNG
Dra.Raden Dida Jubaedah
Guru SMP Negeri
21 Bandung
Tujuan pendidikan
adalah membantu pribadi individu yang memiliki sejumlah kompetensi. Sebagaimana
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa tujuan akhir dari proses pembelajaran
adalah membantu siswa untuk menjadi pribadi mandiri dan siap bersaing di lingkungan
masyarakatnya.
Salah satu masalah pendidikan yang menjadi
perhatian pemerintah dan senantiasa diupayakan pemecahannya adalah masalah
peningkatan kualitas pendidikan.
Dalam
rangka era globalisasi dewasa ini semakin terasa perlunya mengkomunikasikan
gagasan secara lisan maupun tertulis dalam mata pelajaran Bahasa Daerah,
sedangkan bahasa Daerah yang digunakan di Jawa Barat adalah mayoritas Bahasa
Sunda. Selaras dengan itu, Rektor UNPAD, Prof
Dr. Ir. Ganjar Kurnia, D.E.A mengemukakan bahwa pengajaran bahasa Sunda itu
sulit. Namun bila difokuskan secara detail, pada dasarnya rangkaian
pembelajaran Bahasa Sunda bagian dari Literasi, kemapuan berkomunikasi,
keterampilan berpikir kritis dan
penyesuaian adat istiadat yang harus
dipandang penting dan dibutuhkan.
Namun
kalau dipandang pada konsep secara mikro, Pendidikan bahasa Sunda memiliki :
tujuan {educational aims and objektives}, siswa {learner, student) guru
{educator) tindakan dan proses (educative proses), dan lingkungan; Lembaga
(Educational institution). Oleh sebab itu, dalam pengajaran Bahasa Sunda harus dicermati
bagian permasalahnya yang selama ini diperbincangkan. Padahal kalau kita lihat,
tujuan pembelajaran Bahasa Sunda dalam kurikulum sudah sangat ideal yaitu menempatkan peranan Bahasa Sunda
sebagai alat komunikasi dan keterampilan yang aplikatif.
Upaya
pemerintah pun terlihat jelas mengembangkan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda, Selain terokomodir dalam Kurikulum 2013 juga tertuang dalam PERDA 2012 tentang Penggunaan,
Pemeliharaan, dan pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda.
Bahasa Sunda
dikenal sebagai bahasa ibu, tetapi kenyataannya dewasa ini bahasa Sunda sudah
bukan lagi merupakan bahasa ibu sebab bahasa ibu adalah bahasa yang pertama
kali diturunkan oleh ibu kepada anak-anaknya, sedangkan bahasa yang
diperkenalkan oleh ibu saat ini cenderung adalah bahasa nasional yakni bahasa
Indonesia.
Apabila
masyarakat yang di dalamnya itu ada orang tua siswa, kemudian orang tua siswa
tersebut tidak menjadi pihak yang pertama menurunkan Bahasa Sunda kepada
putra-putrinya maka tentu saja akan ada generasi yang enggan menggunakan Bahasa
Sunda ketika mereka menggap sulit dan takut mengkomunikasikan dalam kehidupan
sehari- hari. Di sini peran guru cukup strategis untuk memelihara bahasa dan
Sastra Sunda ketika keinginan pemerintah tidak selaras dengan masyarakat.
Guru
sebagai pasilitator memiliki peranan dalam mengarahkan siswa sesuai dengan yang tertuang dalam 8 SNP (Standar Nasional
Pendidikan) yang ditetapkan dalam pasal
35 ayat (1) Undang undang no 20 tentang
sistem Pendidikan Nasional yang salah satunya ada Standar Kompetensi Lulusan.
Dalam SKL disebutkan bahwa pengembangan kurikulum 2013 dilaksanakan
atas prinsip kebutuhan, kompetensi inti, dan semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Dewasa ini di Kota Bandung,
pemerintah sedang menggalakan sebuah program yang bernama “Bandung Masagi”. Pendidikan
karakter Bandung Masagi yaitu implementasi sebuah model pendidikan karakter
berbasis kearifan lokal, yang dirumuskan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Yakni merupakan model pendidikan karakter sesuai pandangan hidup budaya
paripurna, kokoh, dan ajeg, menuju kesempurnaan.
Konsep “Bandung Masagi” mengandung empat
prinsip utama masyarakat Sunda dalam mengamalkan kehidupan, yakni silih asih
(kemanusiaan), silih asah (mencerdaskan), silih asuh (mendampingi), dan silih
wawangi (mengampaikan hal-hal positif). Keempat prinsip tersebut
diwujudkan ke dalam empat program utama, yakni cinta agama, jaga budaya, bela
negara, dan cinta lingkungan.
Pilar “Bandung Masagi” merupakan model pendidikan
karakter terbaru di sekolah yang dirumuskan Dinas Pendidikan Kota Bandung
(Disdik Bandung). Dengan konsep dari Kata ‘masagi’ dalam Bahasa Sunda berarti
paripurna, kokoh, dan ajeg menuju kesempurnaan. Konsep Bandung Masagi,
memiliki 4 pilar. Keempat prinsip tersebut diwujudkan ke dalam empat program utama, yakni
cinta agama, jaga budaya, bela negara, dan cinta lingkungan.
“Model pendidikan karakter Bandung
Masagi ini merupakan bentuk konkret revolusi mental agar anak-anak Bandung
memiliki pijakan akar jati diri kearifan lokal dan kompetensi abad 21,”
Selaras dengan konsep ”Bandung Masagi” Peran serta atau
kontribusi Mata pelajaran Bahas Sunda terhadap Pendidikan Karakter Bandung
Masagi sangat besar. Tidak ketinggalan juga dalam pembelajaran Bahasa Sunda di
SMPN 21 Bandung. Apalagi jelas dari komponen Bandung Masagi tertuang bahwa ”Cinta
Budaya Sunda” merupakan program Bandung Masagi.
Pembelajaran Bahasa
Sunda di SMP 21 Bandung banyak mengandung pendidikan karakter. Seluruh asepek
karakter yang ada dalam pembelajaran bahasa Sunda sangat mewakili secara jelas.
Banyak kegiatan-kegiatan Kesundaan yang
bertujuan membangun Karakter siswa SMP serta SMPN 21 Bandung pun ikut serta di
dalamnya. Di antaranya melalui Pasanggiri
Bahasa, Sastra dan Budaya Sunda. Salah satu indikator keberhasilan guru dalam mendidik siswa untuk lebih berprestasi
dan memperoleh kejuaraan di berbagai lomba atau pasanggiri Bahasa dan Sastra
Sunda adalah para juara tersebut mengkomunikasikan Bahasa Sunda dalam kehidupan
sehari-hari atau adanya perubahan yang positif pada diri peserta didik khususnya dari para juara, umumnya memberi
imbas kepada peserta didik lainnya, Selain itu juga memperoleh penghargaan
dalam bentuk fisik, misalkan piala atau piagam sebagai lambang kejuaraan.Untuk mewujudkan siswa yang berprestasi dalam berbagai
lomba, SMPN 21 Bandung selalu
mengupayakan adanya strategi yang tepat dengan metode kognitif agar
para peserta didiknya mampu mengikuti berbagai pasanggiri kesundaan.
SMPN 21
Bandung, menggunakan strategi atau metode kognitif dalam melatih siswa untuk
dapat bertanding dalam pasanggiri Bahasa Sunda. Karena strategi ini tepat untuk meningkatkan kompetensi kebahasaan dan kesastraan pada diri peserta didik. Dengan meningkatnya kompetensi
kebahasaan dan kesastraan Sunda maka akan dapat menghasilkan
kualitas peserta didik yang tinggi serta menghantarkan menjadi
juara di berbagai Pasanggiri Bahasa dan sastra Sunda.
Dalam pembelajaran Bahasa dan sastra Sunda di SMP 21 Bandung peserta didik
juga diajarkan cara menggunakan tatakrama Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan
bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan SMPN 21 Bandung sangat
berpengaruh terhadap pendidikan karakter peserta didik. Karena dalam Bahasa
Sunda di kenal adanya “Tatakrama Basa” yang mana diterapkan bagaimana caranya
berbicara dengan orang yang lebih tua. Tatakrama yang dikenal dalam Basa Sunda atau
biasa disebut Undak
Usuk Basa Sunda (UUBS) ini pun diajarkan di SMPN 21 Bandung.
Prinsip Bandung
Masagi yang mengandung empat prinsip
utama masyarakat Sunda dalam mengamalkan kehidupan, yakni silih
asih (kemanusiaan), silih asah(mencerdaskan), silih
asuh (mendampingi), dan silih wawangi (mengampaikan
hal-hal positif) diimplementasikan di SMPN 21 Bandung baik dalam pembiasaan
maupun dalam pembelajaran Bahasa Sunda.
Tertuang dalam pembiasaan budi pekerti luhur dalam pembelajaran Bahasa Sunda
melalui kebiasaan 3S (Senyum, Salam dan Sapa). Setiap pagi guru Bahasa Sunda menyambut para peserta
didik di gerbang sekolah dengan tiga kebiasaan baik itu.
Dalam kondisi
secara umum, ketika belajar, para peserta didik selalu diingatkan untuk
memiliki Kebiasaan baik lainnya dalam berperilaku jujur. Misalnya perilaku
tidak menyontek, cinta lingkungan, menghormati pendapat orang lain dan
sebagainya. Hal tersebut
selaras dengan tujuan
kuriklum yang teruang dalam Bandung Masagi yaitu semua kelas melaksanakan
pendekatan “lingkungan yang religius” pada semua mata pelajaran.
SMPN 21 Bandung akan senantiasa giat
dalam mengemban tugas untuk memberikan kontribusi pendidikan karakter bagi
perkembangan karakter bangsa Indonesia yang terpuji.